Jakarta – Tayangan salah satu program di Trans7 memicu kemarahan publik. Tayangan itu menampilkan konten yang menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Cuplikan video tersebut viral di media sosial dan memunculkan tagar #BoikotTrans7 di berbagai platform sejak awal pekan.
Banyak warganet kemudian mencari kabar tentang Trans7 klarifikasi tayangan tersebut untuk mengetahui tanggapan resmi dari pihak stasiun televisi.
Isi Tayangan Trans7 yang Viral
Video yang beredar memperlihatkan santri “ngesot” di depan kiai. Narasi dalam tayangan itu menyinggung kehidupan pesantren dengan nada satir.
Banyak orang menilai tayangan itu tidak menghormati nilai adab dan tradisi pesantren. Mereka menganggap narasi tersebut menyesatkan dan tidak berimbang.
Para alumni dan tokoh agama menegur Trans7 karena lalai menjaga sensitivitas terhadap lembaga pendidikan Islam. Mereka meminta pihak stasiun televisi bertanggung jawab atas kesalahan dalam tayangan itu.
Isu Trans7 klarifikasi tayangan pun semakin ramai dibicarakan di media sosial karena publik ingin mendengar pernyataan langsung dari manajemen Trans7.
Publik Desak Boikot Trans7
Setelah video viral, warganet membuat tagar #BoikotTrans7 hingga trending di platform X (Twitter). Organisasi seperti Ikatan Keluarga Alumni Asshidiqiyah (IKLAS) dan beberapa tokoh Nahdlatul Ulama menuntut klarifikasi terbuka. Mereka juga meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menindak Trans7 karena tayangan itu melanggar etika siaran.
Publik terus menekan Trans7 agar memperbaiki sistem pengawasan konten dan memastikan kejadian serupa tidak terulang.
Trans7 Klarifikasi dan Ambil Tindakan Tegas
Direktur Produksi Trans7, Andi Chairil, menyampaikan permohonan maaf resmi kepada KH. Anwar Manshur, keluarga besar, para kiai, santri, dan alumni Pondok Pesantren Lirboyo.
Dalam pernyataannya, ia menjelaskan langkah Trans7 klarifikasi tayangan tersebut sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen memperbaiki kesalahan.
Andi mengakui tim Trans7 kurang teliti dalam menyunting materi dari pihak luar. Ia menegaskan bahwa Trans7 bertanggung jawab penuh atas kesalahan itu.
Manajemen Trans7 mengambil tiga langkah penting untuk memperbaiki keadaan:
- Memutus kerja sama dengan rumah produksi yang membuat tayangan tersebut.
- Mengirim surat permohonan maaf resmi kepada pihak Pondok Pesantren Lirboyo.
- Mengirim tim tabayun ke Kediri untuk menjalin komunikasi langsung dan memulihkan hubungan baik.
Andi berjanji untuk memperketat pengawasan konten. Ia ingin seluruh tim produksi memahami nilai pesantren dan budaya keagamaan sebelum menayangkan program.
Dunia Penyiaran Harus Lebih Sensitif
Sejumlah pihak menilai langkah cepat Trans7 menunjukkan tanggung jawab perusahaan. Namun, banyak kalangan tetap meminta KPI memberi sanksi tegas agar kasus serupa tidak terjadi lagi.
Insiden ini mengingatkan dunia penyiaran agar lebih sensitif terhadap nilai agama dan budaya. Media perlu melakukan riset mendalam dan menjaga etika dalam setiap tayangan.

Komentar